Sabtu, 11 Maret 2017

Kasih ibu sepanjang masa

Ramadhan 2014
Sore menjelang malam.
Ketika aku melangkahkan kaki membuka pintu rumah. Hati bergetar, ingin segera memelukmu.
Saat pintu terbuka, ibu menyambutku dengan airmata. Tidak banyak kata yg terucap,  tetesan airmata ibu yg menjelaskan semuanya dgn rasa sakit yg enggan pergi, penyakit yg merampas kesehatan ibu, menggerogoti tiap sendi secara paksa.
Yaa Rabbi... hatiku tidak cukup kuat untuk menyaksikan ini, aku tidak punya banyak akal untuk membuat ibuku tertawa saat itu. Tangisku pecah, saat ku basuh kedua kaki ibuku yg sudah mulai membengkak, ibu yg dulu begitu lincah, kini menggerakan kaki saja tak bisa. Yaa Rabbi... kaki ibu ku bengkak :'( :'(
Entahlah berapa banyak air yg ku tumpahkan dalam wajan. Ku basuh dan ku cium kaki ibu, ku sapu airmataku dengan air cucian kaki ibu.
Ibu... meski aku meminum air bekas cucian kakimu, ini tidak berarti apa apa, tidak bisa mengembalikan kesehatan ibu dan membalas jasa ibu. :'( kalau saja ibu sedang memikul batu, aku bisa bantu untuk membawanya...
Bu, kaki inilah yg menjadi saksi hebatnya perjuanganmu.
Kaki inilah yg telah berjuang untukku, tanpa kenal letih, tanpa kenal sakit, dan tanpa kenal waktu. Ibu bekerja dari sebelum aku bangun tidur sampai aku terlelap kembali.
Aroma surga tercium dr tiap tetes keringatmu.
Bersamamu hari hari selalu terlewati penuh cinta, meski saat duri menusuk kehidupan kita. Ibu... terbuat dari apakah hatimu ???
Begitu kuat, sabar, dan tegar.
Bisakah aku sehebat ibu ??? :'(

Kangeeeeennnn bu... kangen. :'(
Banyak hal yg ingin aku ceritakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar